Mengapa Tidak Mau Berbagi?

Apakah kita tahu bagaimana rasanya ketika anak kita diolok-olok temannya? Apakah kita tahu apa yang harus dilakukan ketika anak kita mengolok-olok temannya yang bersikap tidak ramah atau egois? Apa yang terjadi jika seseorang temannya marah? Bacalah buku ini dan lihatlah bagaimana anak-anak menyelesaikan masalah mereka. Kali ini saya ingin cerita tentang buku penting buat anak dan juga referensi bagi orang tua maupun guru. Cara yang mereka tempuh mungkin juga dapat menyelesaikan masalah-masalah anak-anak kita.

Cerita tentang perkembangan si kecil adalah hal yang paling sering saya tanyakan kepada wali kelas di sekolah. Anak saya masih berusia 4,5 tahun. Namun lingkungan tempat dia berinteraksi sudah mulai beragam sejak dia berusia satu tahun. Keberagaman lingkungan dan karakter orang-orang di dalamnya, tentu sangat berpengaruh pada sikapnya saat ini.

Minggu lalu saya menerima laporan tentang perkembangannya. Saat menerimanya, saya banyak mengobrol dan bertanya banyak hal tentang perkembangan karakter anak saya. Dalam menanyakan perkembangan anak saya, saya biasanya kurang tertarik bertanya apakah anak saya sudah hapal surat pendek? Apakah anak saya sudah bisa membaca? Apakah anak saya sudah bisa menghitung? TIDAK! Saya kurang tertarik dan berusaha untuk tidak menanyakan hal tersebut. Kecuali jika sang guru mulai membahasnya.

Lalu apa yang biasa saya tanyakan padanya? Saya biasanya tanya pada perkembangan sikap dan perilaku dia sehari-hari. Termasuk bagaimana dia memperlakukan temannya. Hingga kemudian sang guru pun mulai memberi informasi bahwa anak kami sangat senang berbagi, baik makanan maupun mainan. Tentu saja, saya sangat lega mendengarnya. Namun perihal berbagi ini bukan sekadar berbagi sesuatu yang bersifat materi. Namun juga berbagi kesempatan. Terkadang, hal ini sangatlah sulit dilakukan.

Persoalan berbagi ini terkesan sepele, namun sangat berpengaruh pada kehidupan sang anak kelak. Bukan hanya anak-anak usia dini, bahkan anak-anak baru gede (abege) dan orang dewasa pun sering menghadapi persoalan tentang “berbagi” ini.

Pembelajaran Dari Buku-buku Lama

Judul-judul dalam seri buku tentang “Problem Solvers”

Sebagai bunda yang merasa banyak kekurangan, saya pernah mendapatkan pembelajaran dari buku-buku cerita berseri. Buku tersebut adalah buku lama. Sebuah buku terbitan Cherrytree Press yang telah dipublikasikan sejak tahun 2004. Hmm….cukup lama juga ya? Tapi inilah alasan saya suka sekali ke perpustakaan, karena di sana akan dengan mudah mendapatkan buku-buku lama. Selain gratis, tentu saja saya bisa mengganti buku-buku tersebut jika selesai dibaca. Bahkan jika sempat, bisa setiap hari berganti buku dengan judul yang berbeda, terutama untuk anak kami.

Salah satu buku yang bercerita tentang “Berbagi” ini adalah buku terbitan Cherrytree Press, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Kanisius. Buku tersebut berjudul “Mengapa Tidak Mau Berbagi”. Buku ini bergambar, namun tidak begitu full sepertihalnya buku-buku balita. Kenapa? Karena ini memang bukan untuk buku balita. Ini buku untuk anak-anak Abege. Namun jika seorang ibu mampu membacakannya dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak balita, saya jamin tetap layak untuk anak balita. Kenapa? Karena itulah yang saya lakukan kepada anak kami yang berusia 4,5 tahun.

Di buku ini ada dua judul kecil, yaitu “Ide Cemerlang Megan” dan “Berkebun”. Nah, di tulisan ini saya tidak akan menceritakan isi ceritanya secara detail. Namun mengambil inti sari atau pembelajaran yang bisa kita ambil sebagai seorang ibu, atau bisa juga kita yang tengah bekerja sebagai guru, atau mungkin anak-anak abege yang membaca ini. Oh ya, buku ini terdiri dari 6 seri dengan judul yang berbeda. Judulnya bisa dilihat di gambar artikel ini.

Ketika Muncul Masalah

Ketika anak-anak sedang bermain dan bekerja bersama, kadang-kadang mereka mudah melupakan teman yang lain. Tanpa sengaja, di antara mereka ada yang menguasai seluruh tempat dan lupa untuk berbagi dengan teman yang lain. Akibatnya, ada teman mereka yang merasa kesal.

Nah, jika ada teman yang merasa kesal, berarti muncul masalah. Jika sudah demikian, permainan bisa dihentikan sementara, untuk apa? untuk membicarakannya terlebih dahulu secara bersama. Cobalah untuk menyelesaikan masalah itu bersama-sama. Pilihlah salah satu penyelesaian masalah yang membuat semua yang terlibat bergembira. Ini juga bisa dilakukan oleh orang dewasa yang saat itu dianggap dapat membantu mereka atau tengah berada di antara mereka.

Penyelesaian masalah

Nah, dalam sebuah cerita berjudul “Ide Cemerlang Megan”, anak-anak di kelas Bu Casey berhasil menyelesaikan masalah tersebut:

  • Beri kesempatan kepada semua anak untuk mengungkapkan perasaan mereka
  • Jelaskan apa yang sedang terjadi dan beri kesempatan kepada semua anak untuk mengungkapkan keinginan mereka
  • Jelaskan permasalahannya
  • Bicarakan salah satu cara penyelesaian masalah yang kalian sepakati bersama, lalu cobalah melaksanakannya.

Langkah-langkah ini mungkin dapat membantu kalian ketika menghadapi masalah seperti ini. Terkadang masalah terasa berat jika harus diselesaikan sendirian. Oleh karena itu, jika perlu, anak-anak bisa minta bantuan kepada orang dewasa. Tentu saja, saya sebagai orang dewasa, bunda-bunda lain, dan pastinya mereka yang berprofesi sebagai guru perlu belajar pegnalaman-pengalaman seperti ini.

Untuk kali ini, review saya untuk buku penting ini sampai di sini. Tunggu hasil bacaan saya berikutnya ya, baca tidak harus buku baru, buku-buku lama yang mungkin sudah tidak lagi beredar, pun masih perlu kita baca dan mengambil pembelajarannya.

Salam hangat dari saya, bunda pembelajar.

Alimah Fauzan

 

Leave a Reply