Tidak sedikit penyakit-penyakit berbahaya yang ditimbulkan dari gigi yang rusak, seperti gagal ginjal, jantung bocor termasuk HSP.

Kemarin, saya baru saja membaca curahan hati seorang ibu melalui akun facebooknya. Tepatnya pada tanggal 20 Januari 2018, si ibu curhat tentang penyakit anaknya. Meskipun saat ini kondisi anaknya sudah mulai membaik, tetap penting bagi saya membahas ini sebagai pembelajaran.

Ceritanya cukup panjang, karena secara detail menceritakan tentang prosesnya memperjuangkan kesembuhan anaknya.Tidak sedikit penyakit-penyakit berbahaya yang ditimbulkan dari gigi yang rusak, seperti gagal ginjal, jantung bocor termasuk HSP. Kemarin, saya baru saja membaca durahan hati seorang ibu melalui akun facebooknya. Tepatnya pada tanggal 20 Januari 2018, si ibu curhat tentang penyakit anaknya.

Meskipun saat ini kondisi anaknya sudah mulai membaik, curhatannya tetap penting sebagai pembelajaran. Ceritanya cukup panjang, karena secara detail menceritakan tentang prosesnya memperjuangkan kesembuhan anaknya. Si ibu tigak hanya menceritakan tentang anaknya yang didiagnosa terjangkit penyakit HSP (Henoch-Scholein-Purpura). Namun juga perjuangannya menemukan dokter yang tepat, hingga menemukan fakta bahwa salah satu penyebab penyakitnya adalah karena gigi yang rusak. Dalam curhatnya si ibu, ada 13 gigi anaknya yang rusak.

curhat ibu yang anaknya dididiagnosa HSP (sumber gambar: https://www.facebook.com/proud.amuslimah)

Berdasarkan informasi dari wikipedia, Purpura Henoch-Schönlein (bahasa Inggris: Henoch–Schönlein purpura, Henoch–Schönlein purpura nephritis, Anaphylactoid purpura, Purpura rheumatica, Peliosis rheumatica, Allergic vasculitis, Leukocytoclastic vasculitis, Rheumatoid purpura, HSP) adalah radang pada pembuluh darah kecil dan menengah yang disebabkan oleh pengendapan kompleks imun.

HSP sering terjadi pada anak-anak. Gejala awal yang dirasakan berupa nyeri pada persendian yang disebut artralgia atau artritis, diikuti dengan radang pada ginjal dan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lapisan endotelial kulit yang menyebabkan palpasi purpura, dan saluran pencernaan yang menyebabkan konstipasi, dan ginjal yang menyebabkan hematuria. Gejala ini sering disebut sebagai tetrad dari HSP.

salah satu tanda gejala HSP yang dialami si kecil (sumber gambar: https://www.facebook.com/proud.amuslimah)

Melalui ceritanya, si ibu juga menceritakan secara serangkaian upayanya demi mendapatkan dokter yang tepat untuk mengobati anaknya. Dari dokter ke dokter, dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya, serta pengalamannya bertemu dengan anak-anak lainnya yang menderita penyakit berbeda.

Iya, jujur saya tidak mampu membayangkan betapa lelahnya sang ibu. Apalagi jika itu terjadi pada saya sebagai ibu muda dengan segala keterbatasan. Curhatan seorang ibu tersebut menjadi pembelajaran tersendiri bagi saya sebagai seorang ibu. Bentara Falasifa, anak kami, saat ini berusia 4,5 tahun. Sejak usia satu tahun dia sudah mulai belajar sikat gigi sendiri. Di usia itu juga dia sudah mulai antusias harus sikat gigi, terutama sebelum tidur. “Harus Gosok Gigi” adalah inisiatif yang dia tetapkan sendiri.

Membiasakan Si Kecil Sikat Gigi

Alasan apa yang membuat dia begitu semangat untuk didiagnosa terjangkit penyakit HSP (Henoch-Scholein-Purpura)menyikat giginya? Bahkan tak pernah absen. Apalagi menjelang usia 5 tahunnya di tahun 2018 ini. Awalnya memang tidak mudah mengajaknya sikat gigi. Meskipun awalnya dia menurut, namun inisiatif itu masih muncul dari dirinya sendiri. Sampai suatu ketika kami bercerita tentang monster gigi. Rupanya, cerita itu sangat membekas di pikirannya. Inisiatif itu memang berawal dari rasa takutnya akan monster gigi.

Seiring berjalannya waktu, dia mulai paham bahwa sikat gigi memang membuat giginya nyaman dan sehat. Soal makanan yang merusak gigi, dia juga sudah mulai memahami dan mengajak dirinya agar tidak terlalu sering mengonsumsinya. Misalnya seperti permen dan es krim. Bukan hanya untuk dirinya, kadang temannya juga dia nasehati. Saat ke sebuah toko dimana es krim dijual, dia juga tidak begitu tertarik. Dia tidak begitu berminat pada makanan atau minuma yang terlalu dingin.

Perkembangan terkini, dia rajin menyikat giginya sendiri dengan tangannya. Biasanya juga bersama-sama ayahnya atau saya sebelum tidur. Jika kami lupa, dia akan dengan sendirinya mengingatkan kami. Meski soal makanan, dia terkadang mulai terpengaruh ketika ada temannya makan permen. Tapi biasanya dia berdalih bahwa itu tidak masalah selagi dia rajin sikat gigi. Namun untuk es krim, dia lebih memilih untuk tidak memakannya.

Dalam buku parenting yang pernah saya baca berjudul “Membangun Karakter Anak Hebat” yang ditulis Nadia Indivara (hlm.  187). Menurut buku ini, begitu gigi pertama si kecil tumbuh, sebaiknya kita sudah membiasakan si kecil sikat gigi lembut untuk bayi. Jika dia sudah mulai mandiri ajarlah si kecil untuk menyikat giginya. Saya merasa beberapa tips yang ditulis di buku ini sama seperti yang sudah kami lakukan. Namun ada juga beberapa hal yang baru saya ketahui.

Berikut ini tips agar si kecil menyikat gigi bersama-sama dengan kita:

  • Ajak si kecil menyikat gigi bersama-sama kita
  • Pasang cermin sesuai tinggi si kecil, lalu ajaklah dia menyikat giginya di depan cermin
  • Ajak si kecil membeli sikat gigi kesukaannya. Soal ini, biasanya anak kami membeli sikat gigi yang ada hadiah boneka kecil berbentu mobil-mobilan.
  • Pura-puralah kita melihat maknan yang perlu dibersihkan dalam mulutnya (kita bisa menyebutkan makanan apa saja yang baru saja dimakannya) dan pujilah dia jika makanan itu sudah berhasil dibersihkan).
  • angan lupa memuji si kecil jika sudah selesai menyikat giginya.

Memilih Sikat Gigi untuk Si Kecil

Sikat gigi untuk si kecil jelas berbeda degan sikat gigi untuk orang dewasa sikat gigi untuk si kecil punya karakteristik yang berbeda dengan sikat gigi dewasa. Berikut ini tips memilih sikat gigi dewasa. Berikut ini tips memilih sikat gigi untuk si kecil:

  • Pilih yang berbulu lembut dengan kepala sikat yang kecil sehingga bisa masuk ke dalam mulut si kecil.
  • Cari yang ujung bulunya bulat agar tidak menggores gusi.
  • Pilih sikat gigi dengan gagang pegangan yang mantap sehingga bisa sekaligus membantu mengembangkan ketrampilan motorik si kecil.
  • Selalu menyimpan sikat gigi cadangan
  • Ganti sikat gigi si kecil jika ada tanda-tanda kerusakan. Misal bulu sikatnya sudah tidak beraturan.
  • Ganti sikat giginya begitu dia sembuh dari sakit. Sikat gigi lamanya mungkin menyisakan sakit-sakit.

Bunda, demikian pembelajaran dari bunda yang lain, sekaligus berbagi beberapa tips untuk mengatasi tantangan mengajak si kecil agar rajin sikat gigi. Semoga informasi ini bermanfaat untuk kita semua.

Terimakasih sudah membaca,

Salam hangat dan mari tetap berbagi.

Alimah Fauzan