Menguatkan Hati
Menguatkan hati sang anak seperti halnya menguatkan hati kita sendiri. Kita sangat mungkin tak kuasa menghindari anak-anak kita dari pengaruh negatif di luar kontrol kita. Namun, setidaknya kita bisa menguatkan hati anak kita. Belajar menguatkan hatinya dengan tak henti mengapresiasi hal sekecil apapun yang dia perbuat. Menghargai hal positif yang dia lakukan dan mencoba memahami kenapa dia melakukan sesuatu yang tidak sesuai harapan kita, dan sekian upaya lainnya agar dia tetap bangga apa yang dia miliki, bersyukur apapun kondisinya dan kondisi orang tuanya.
Berbagi pembelajaran cerita-cerita sederhana dan rasa bahagia dalam momen tertentu, bagi saya adalah hal penting agar dibaca saudaranya di luar sana, orang-orang yang juga membutuhkan referensi senasib. Misalnya melalui media sosial (Medsos) maupun personal blog, juga diciptakan salah satunya sebagai media mengabadikan cerita dan gambar momen tertentu. Namun terkadang, apa yang kita lakukan bisa saja dinilai beragam oleh orang lain. Tak masalah, semua orang merasakan apa yang mungkin saya rasakan. Ketika tanggapan seseorang negatif, maka saya tak perlu membalasnya dengan hal yang sama. Saya juga tak mau menuntut seseorang berpikiran positif atau bersikap baik kepada saya. Itulah mengapa penting menguatkan hati kita sendiri, karena apapun yang kita lakukan pasti akan mendapat beragam tanggapan.
Meskipun terkadang dalam hati kita terbersit ingin mengungkapkan hal yang mungkin terkesan arogan dan kejam seperti ini: “Maaf ya, bukan level saya untuk menanggapi pikiran anda. Jika anda ingin mengungkapkan tentang saya, ungkapkan saja, saya baca, saya dengarkan, dan saya pahami, namun saya tidak akan membalas hal yang sama seperti yang anda lakukan. Apalagi ketika penilaian anda lebay dan tanpa memahami apa yang anda ungkapkan dan bahkan tanpa memahami siapa saya. Dan mungkin anda tak menyadari bahwa tak seorang pun memahami isi hati dan kehidupan orang lain selain orang itu sendiri.” Tapi tidak, saya tidak ingin mengatakan hal seperti itu secara langsung apalagi terbuka, saya berusaha memahami bahwa tidak semua orang menyukainya, saya berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang jika itu dikatakan kepada saya maka saya akan merasa sakit hati. Sakit hati itu manusiawi tapi harus pandai mengontrolnya, apalagi faktanya kita tidak seperti yang dituduhkan.
Jadi sekali lagi, mari tetap menguatkan hati kita sendiri, dan sebisa mungkin menguatkan hati orang lain dengan tidak mengatakan sesuatu yang akan menyakiti mereka apapun niatnya. Jika saat ini saya mampu mengungkapkan apa yang saya pikirkan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, maka saya cukup bersyukur bahwa saya punya kemampuan itu. Sekali lagi, kuatkan hati dan tetap jadi diri sendiri. Karena apa yang terjadi pada diri kita saat ini tak terlepas dari sekian perjuangan yang mungkin tak pernah dipahami orang lain. Apalagi orang tersebut hanya sesekali melihat gambar anda dan cerita anda, namun sudah merasa paling paham menilai hidup anda. Berhenti mengukur standar hidup anda kepada orang lain. Berhenti berharap agar orang lain melakukan seperti yang anda pikirkan. Fokus saja pada hal yang memberi pengaruh positif pada diri anda, kecuali berlelah-lelah menilai hidup orang lain sudah menjadi pilihan anda. So what to be done, it’s your choice!